Portal PPID
Badan Pusat Statistik

Setiap orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2008. Website PPID BPS menyediakan Informasi Publik Berkala, Setiap Saat, Serta-merta, dan Informasi lainnya.
Informasi
Berkala
Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala
Informasi
Serta-merta
Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan secara serta merta tanpa penundaan
Informasi
Setiap Saat
Informasi Publik yang wajib disediakan dan diumumkan setiap saat
Informasi
Dikecualikan
Pengecualian informasi harus didasarkan pada pengujian konsekuensi
Standar
Layanan
Standar yang berlaku pada Layanan PPID
Laporan
dan Regulasi
Kumpulan Laporan dan Regulasi yang tersedia


E-FORM

Pengajuan Informasi Publik
Kini Lebih Mudah

Ajukan permohononan Informasi Publik, atau keberatan Informasi Publik dengan mengisi E-Form secara online.

Ajukan
Permohonan Informasi →
Ajukan
Keberatan Informasi →

Berita Kegiatan BPS

Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh di Tengah Ketidakpastian Global

Dirilis pada 05 Mei 2025Statistik Lain

Jakarta, (5/5)-Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini merilis data terbaru mencakup tiga indikator utama: Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, dan Indeks Ketimpangan Gender (IKG). Ketiganya memberi gambaran penting mengenai arah perkembangan ekonomi dan sosial nasional.Di tengah tekanan ekonomi global, ekonomi Indonesia tetap tumbuh positif. Beberapa negara mitra dagang utama mengalami tekanan: ekonomi Amerika Serikat tumbuh 2,0 persen, Jepang 1,8 persen, Singapura 3,8 persen, sementara Korea Selatan justru mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen pada triwulan I-2025.Perekonomian Indonesia pada triwulan I-2025 mencatat pertumbuhan sebesar 4,87 persen (y-on-y). Meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 5,11 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya, tren pertumbuhan tetap terjaga. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan, “Ekonomi Indonesia pada triwulan I-2025 tumbuh sebesar 4,87 persen, yang ditopang oleh sektor pertanian yang tumbuh double digit, industri makanan dan minuman yang tetap solid, serta sektor transportasi. Selain itu, Ramadan dan Idulfitri juga menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi”.Kepala BPS juga menyampaikan, ”Dari sisi pengeluaran, ekspor barang dan jasa tumbuh solid sebesar 6,78 persen, ditopang oleh peningkatan ekspor beberapa komoditas barang nonmigas seperti lemak & minyak hewan/nabati; besi & baja; mesin & peralatan listrik; serta kendaraan dan bagiannya. Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara juga turut mendorong ekspor jasa.” Sedangkan konsumsi pemerintah mengalami kontraksi 1,38 persen karena normalisasi belanja pemerintah, dimana pada triwulan I tahun lalu terdapat belanja pemerintah yang besar terkait Pemilu. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) mencatat pertumbuhan 2,12 persen, melambat di tengah ketidakpastian global.Dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, yaitu sebesar 10,52 persen. Capaian ini berbanding terbalik dibandingkan kondisi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, ketika sektor pertanian mengalami kontraksi atau penurunan sebesar 3,54 persen. Amalia mengungkap, “Kinerja positif sektor pertanian tahun ini didorong oleh adanya peningkatan produksi padi dan jagung sebesar 51,45 persen dan 39,02 persen sepanjang triwulan 1-2025 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, serta meningkatnya permintaan domestik.”. Selain itu, Amalia juga menjelaskan, ”Peningkatan tersebut mendorong tanaman pangan tumbuh 42,26 persen; dan peningkatan permintaan domestik daging dan telur saat Ramadan dan Idulfitri mendorong peternakan tumbuh 8,83 persen. Sementara itu, sektor industri pengolahan masih menjadi penyumbang utama PDB dengan pertumbuhan sebesar 4,55 persen, dan sektor informasi dan komunikasi tumbuh signifikan sebesar 7,72 persen, mencerminkan peningkatan kontribusi digitalisasi dalam struktur ekonomi nasional.”Secara spasial, Pulau Jawa mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,99 persen dan Sulawesi 6,40 persen, keduanya berada di atas rata-rata nasional. Sementara itu, wilayah Maluku dan Papua tetap tumbuh positif sebesar 1,69 persen, meskipun mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Mengalami Penurunan Tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2025 tercatat 4,76 persen, turun dari 4,82 persen pada Februari 2024. “Terjadi penurunan TPT. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa jumlah penganggur secara absolut meningkat dari 7,20 juta menjadi 7,28 juta orang, atau jumlah penganggur meningkat sebesar 80 ribu orang. Hal ini terjadi karena jumlah angkatan kerja bertambah lebih cepat daripada penyerapannya,” ujar Amalia. “Proporsi pekerja informal tercatat juga meningkat dari 59,17 persen pada Februari 2024 menjadi 59,40 persen pada Februari 2025”, lanjut Amalia.Dalam setahun terakhir, terdapat tambahan 3,59 juta orang yang masuk ke pasar kerja. Tiga lapangan usaha dengan peningkatan jumlah tenaga kerja terbesar dalam setahun terakhir adalah Perdagangan (0,98 juta orang), Pertanian (0,89 juta orang), dan Industri Pengolahan (0,72 juta orang).Seseorang yang bekerja setidaknya satu jam dalam seminggu termasuk dalam kategori penduduk bekerja, sesuai standar International Labour Organization (ILO). Konsep ini juga diterapkan oleh berbagai negara lain di dunia. BPS membagi penduduk bekerja kedalam 3 kategori, yaitu: pekerja penuh waktu (jam kerja minimal 35 jam per minggu), pekerja paruh waktu (jam kerja kurang dari 35 jam per minggu, tetapi tidak mencari pekerjaan, dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain), dan setengah pengangguran (jam kerja kurang dari 35 jam per minggu, dan masih mencari pekerjaan atau bersedia menerima pekerjaan lain). BPS mencatat, Februari 2025, proporsi pekerja penuh waktu adalah sebesar 66,19 persen, pekerja paruh waktu 25,81 persen, dan setengah pengangguran 8,00 persen.Ketimpangan Gender MembaikIndikator terakhir yang dirilis oleh BPS adalah Indeks Ketimpangan Gender (IKG). IKG mengukur ketimpangan gender pada tiga dimensi: Kesehatan Reproduksi, Pemberdayaan, dan Pasar Tenaga Kerja. Nilai IKG yang semakin kecil menunjukkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan yang semakin rendah (semakin membaik). IKG Indonesia terus menunjukkan perbaikan. BPS mencatat IKG tahun 2024 sebesar 0,421. Artinya, masih terdapat ketimpangan antara laki-laki dan Perempuan, namun capaian ini lebih baik dari tahun sebelumnya, dimana IKG tahun 2023 tercatat 0,447. Dengan demikian, penurunan IKG tahun 2024 tercatat sebesar 5,82 persen. Angka ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan rata-rata penurunan tahun 2018-2023. “Penurunan ini mencerminkan ketimpangan gender yang semakin mengecil,” ujar Amalia.Beberapa komponen IKG menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Di antaranya, komponen melahirkan tidak di fasilitas kesehatan mencapai 0,094; turun 0,032 poin dibandingkan tahun 2023, gender gap persentase anggota legislatif laki-laki dan perempuan turun dari 55,72 persen di tahun 2023 menjadi 55,08 persen di tahun 2024, dan TPAK perempuan naik 1,9 persen poin dibandingkan tahun 2023, lebih tinggi dibanding TPAK laki-laki yang naik 0,40 persen poin dibandingkan tahun 2023.Meski demikian, ketimpangan antarwilayah masih terjadi. IKG di 22 provinsi masih berada di atas angka nasional, terutama di wilayah Maluku, Papua, Kalimantan, dan sebagian Sulawesi serta Sumatera. Sementara itu, sebagian besar provinsi di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mencatat capaian IKG yang lebih baik dari angka nasional. Pada 2024, BPS untuk pertama kalinya menyajikan IKG untuk 38 provinsi mencakup Daerah Otonomi Baru (DOB) di Papua dan Papua Barat. Hal ini didukung dengan ketersediaan data DPRD menurut jenis kelamin di wilayah DOB.

Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi

Badan Pusat Statistik

Gedung 2 Lantai 1
(Kepala Biro Humas dan Hukum Badan Pusat Statistik)
Jln. Dr. Sutomo 6-8, Jakarta Pusat 10710
F. (021) 3857046
e-mail: ppid@bps.go.id

Ikuti Kami
di Media Sosial