Ajukan permohononan Informasi Publik, atau keberatan Informasi Publik dengan mengisi E-Form secara online.
Ajukan
Dirilis pada 03 November 2025 • Siaran Pers
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia BerlanjutJakarta, (3/11)- Neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus US$33,48 miliar sepanjang periode Januari hingga September 2025, atau naik US$11,30 miliar dibanding dengan periode yang sama tahun lalu.”Dengan demikian, Indonesia telah mencatatkan surplus selama 65 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus sepanjang Januari–September 2025 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar US$47,20 miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit US$13,71 miliar”, ungkap Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), di Jakarta, Senin (3/11/2025).Menurutnya, nilai ekspor Januari-September 2025 naik 8,14 persen dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, yang mencatat nilai ekspor sebesar US$167,85 miliar, atau naik 17,02 persen.Tiga besar negara tujuan ekspor Indonesia adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India. Kontribusi ketiga negara ini sekitar 41,81 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada Januari-September 2025. Tiongkok tetap menjadi pasar ekspor utama komoditas non migas Indonesia dengan nilai mencapai US$46,47 miliar (23,26 persen), disusul Amerika Serikat sebesar US$23,03 miliar (11,53 persen) dan India sebesar US$14,02 miliar (7,02 persen).Ekspor ke Tiongkok didominasi oleh besi dan baja, bahan bakar mineral, serta produk nikel. Sementara ekspor ke Amerika Serikat didominasi oleh mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian dan aksesorisnya (rajutan), serta alas kaki.Nilai impor Indonesia pada Januari-September 2025 mencapai US$176,32 miliar atau meningkat 2,62 persen dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penyumbang utama masih berasal dari sektor nonmigas, dengan nilai impor US$152,58 miliar, naik 5,17 persen. Sedangkan impor sektor migas mengalami penurunan sebesar 11,21 persen menjadi US$23,75 miliar. Dilihat dari sisi penggunaan, peningkatan impor terjadi pada barang modal. Nilai impor barang modal, sebagai andil utama peningkatan impor, mencapai US$35,90 miliar atau naik 19,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.Sepanjang periode Januari-September 2025, Tiongkok menjadi negara utama asal impor non migas Indonesia dengan nilai US$62,07 miliar (40,68 persen), diikuti Jepang sebesar US$11,01 miliar (7,22 persen),dan Amerika Serikat sebesar US$7,33 miliar (4,81 persen). Impor dari Tiongkok didominasi oleh mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.Surplus perdagangan nonmigas sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini sebagian besar ditopang oleh lima komoditas utama, yaitu lemak dan minyak hewani/nabati (US$25,14 miliar), bahan bakar mineral (US$20,15 miliar), besi dan baja (US$14,11 miliar), produk nikel (US$6,50 miliar), serta logam mulia dan perhiasan/permata (US$5,41 miliar).Inflasi pada bulan Oktober 2025BPS mencatat pada bulan Oktober 2025 terjadi inflasi sebesar 0,28 persen (m-to-m). Secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 2,86 persen, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 2,10 persen.Secara historis, pada setiap Oktober (2021—2025) mengalami inflasi, kecuali pada Oktober 2022 yang mengalami deflasi. Tingkat inflasi yang terjadi pada Oktober 2025 merupakan inflasi tertinggi dibandingkan tingkat inflasi pada Oktober 2021—2024.” Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi sebesar 3,05 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,21 persen. Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,21 persen,”jelas Pudji.Selain itu, terdapat komoditas yang masih memberikan andil deflasi pada Oktober 2025, di antaranya bawang merah dan cabai rawit dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,03 persen, tomat dengan andil deflasi 0,02 persen, dan beberapa komoditas seperti beras, kacang panjang, dan cabai hijau dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,01 persen.Berdasarkan komponen, inflasi bulan Oktober 2025 utamanya didorong oleh inflasi komponen inti dengan andil inflasi sebesar 0,25 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan dan biaya kuliah akademi/perguruan tinggi.Selanjutnya, komponen harga diatur pemerintah memberikan andil inflasi sebesar 0,02 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen harga diatur pemerintah adalah sigaret kretek mesin (SKM) dan tarif angkutan udara.Menurut wilayah, secara bulanan tercatat 26 provinsi mengalami inflasi, dan 12 provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Banten, yaitu sebesar 0,57 persen. Sedangkan deflasi terdalam terjadi di Papua Pegunungan, yaitu sebesar 0,92 persen.Secara tahunan (y-on-y), pada Oktober 2025 terjadi inflasi sebesar 2,86 persen, atau terjadi kenaikan IHK dari 106,01 pada Oktober 2024 menjadi 109,04 pada Oktober 2025. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan ini utamanya didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 4,99 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 1,43 persen. Komoditas dengan andil inflasi terbesar pada kelompok ini adalah cabai merah. Komoditas lain di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang juga memberikan andil inflasi dominan adalah emas perhiasan.Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi secara tahunan pada Oktober 2025 adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi sebesar 0,25 persen dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen.Menurut wilayah, secara tahunan seluruh provinsi mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Utara, yaitu sebesar 4,97 persen, dan inflasi terendah terjadi di Papua, yaitu sebesar 0,53 persen. Nilai Tukar Petani naikNilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Oktober 2025 mencapai 124,33 atau turun 0,02 persen dibanding September 2025. Penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,06 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,08 persen.Selain itu, BPS juga mencatat terjadinya penurunan rata-rata harga beras (deflasi) baik di tingkat penggilingan, grosir maupun eceran, masing-masing 0,54 persen, 0,18 persen dan 0,27 persen (m-to-m). Kondisi ini sama dengan bulan sebelumnya, deflasi di setiap rantai pasok. Produksi beras dan jagung Realisasi luas panen padi pada bulan September 2025 mencapai 1,13 juta hektare. Angka ini naik 10,14 persen dibanding September 2024 (1,03 juta hektare). Kenaikan luas panen ini diikuti oleh peningkatan produksi padi. Diperkirakan produksi padi pada September 2025 mencapai 5,95 juta ton GKG, atau naik 8,39 persen dibandingkan September tahun lalu. Potensi luas panen padi subround III (September–Desember 2025) diperkirakan mencapai 3,04 juta hektare atau mengalami kenaikan seluas 0,27 juta hektare, atau sekitar 9,77 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selanjutnya, diperkirakan potensi produksi padi subround III 2025 mencapai 16,48 juta ton GKG, atau naik 8,70 persen dibandingkan tahun lalu. Serta produksi beras subround III 2025 diperkirakan sebesar 9,50 juta ton beras, atau naik sebesar 8,73 persen.Realisasi luas panen jagung pada bulan September 2025 mencapai 0,22 juta hektare, turun sekitar 21,14 persen dibandingkan September 2024, sehingga diperkirakan produksi jagung pada September 2025 mencapai 1,34 juta ton jagung pipilan kering kadar air 14 persen (JPK KA 14 persen) atau turun sebesar 21,95 persen dibandingkan September 2024.Potensi luas panen jagung subround III 2025 diperkirakan mencapai 0,81 juta hektare atau mengalami kenaikan seluas 0,03 juta hektare (3,27persen) dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Sementara itu, potensi produksi jagung pipilan kering kadar air 14 persen (JPK KA 14 persen) subround III 2025 diperkirakan sebesar 5,13 juta ton, atau meningkat sebesar 0,30 persen dibandingkan subround III 2024.Kunjungan wisatawan meningkatAngka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada September 2025 tercatat mencapai 1,39 juta kunjungan atau naik 9,04 persen dibandingkan September 2024 yang sebanyak 1,28 juta kunjungan. Secara kumulatif sepanjang Januari hingga September 2025, total kunjungan wisman mencapai 11,43 juta kunjungan, atau meningkat 10,22 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Secara rinci, kunjungan wisman pada September 2025 paling banyak dilakukan oleh wisatawan berkebangsaan Malaysia (19,5 persen), Australia (11,7 persen), dan Singapura (8,5 persen).BPS juga melaporkan rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan triwulan III tahun 2025 yang mencapai US$1297,31, dengan rata-rata lama tinggal 10,7 malam.Indikator pariwisata selanjutnya yang dirilis oleh BPS adalah jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus), yang pada September 2025 tercatat mencapai 94,36 juta perjalanan, atau naik 13,19 persen dari September 2024. Secara kumulatif, sepanjang Januari sampai September 2025, jumlah perjalanan wisnus mencapai 901,90 juta perjalanan, atau meningkat 18,99 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.Penumpang moda transportasi tumbuh Pada September 2025 jumlah penumpang angkutan udara internasional mencapai 1,8 juta orang, atau naik 4,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan keberangkatan penumpang juga terjadi pada moda kereta sejumlah 45,0 juta orang, naik 5,90 persen dibandingkan September 2024. Sedangkan penumpang angkutan laut domestik mencapai 2,4 juta orang, atau naik 12,57 persen dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, penumpang angkutan udara domestik tercatat sebesar 4,8 juta orang atau turun 11,24 persen dibandingkan September 2024. Dan penumpang ASDP mencapai 3,9 juta orang, atau naik 7,88 persen.BPS juga mencatat, pada September 2025 jumlah barang yang diangkut menggunakan moda angkutan laut domestik mencapai 43,4 juta ton, atau naik 6,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, jumlah barang yang diangkut kereta tercatat sebesar 6,2 juta ton atau naik 0,70 persen. Sedangkan jumlah barang yang diangkut angkutan udara domestik tercatat sebesar 49,4 ribu ton atau turun 8,35 persen dibandingkan Agustus 2024.Narahubung MediaNashrul WajdiPlt. Kepala Biro Humas dan HukumBadan Pusat Statistik humas.hukum@bps.go.id