Portal PPID
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan
Setiap orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan UU No. 14 Tahun 2008. Website PPID BPS menyediakan Informasi Publik Berkala, Setiap Saat, Serta-merta, dan Informasi lainnya.
Ajukan permohononan Informasi Publik, atau keberatan Informasi Publik dengan mengisi E-Form secara online.
AjukanDirilis pada 23 Mei 2025 • Statistik Lain
Tapanuli Selatan, 22 Mei 2025 – Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) resmi menggelar Sosialisasi Program Desa Cantik (Cinta Statistik) Tahun 2025 di Kelurahan Simatorkis Sisoma, Kecamatan Angkola Barat. Acara yang berlangsung di Kantor Kelurahan ini menandai dimulainya pembinaan desa berbasis data akurat dan berkelanjutan. Bupati Tapanuli Selatan, H. Gus Irawan Pasaribu, membuka kegiatan dengan penegasan pentingnya data dalam pembangunan. “Data yang baik akan menghasilkan kebijakan yang baik. Sebaliknya, data yang keliru akan membawa kebijakan ke arah yang salah. Oleh karena itu, membangun desa tidak bisa hanya mengandalkan intuisi—harus berdasarkan data,” tegas Gus Irawan dalam sambutannya. Ia juga menggarisbawahi bahwa Program Desa Cantik sejalan dengan Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia dan Asta Cita ke-6 Pemerintahan Prabowo-Gibran yang menekankan pembangunan dari desa ke pusat. Dalam pemaparannya, Kepala BPS Tapanuli Selatan, Zainal Arifin, SST, MM, menyebutkan bahwa tata kelola data desa saat ini masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari inkonsistensi data hingga keterbatasan SDM. “Saat ini banyak desa menjadi objek dari berbagai aplikasi seperti Prodeskel, SDGs Desa, dan sebagainya. Namun tanpa pemahaman statistik yang kuat, desa tetap kesulitan memanfaatkan data secara optimal”. Ia menekankan pentingnya transformasi desa dari pengguna menjadi produsen data yang dapat dipercaya dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Ketua Tim Desa Cantik BPS Tapanuli Selatan, Tommi Livany Siregar, menyampaikan latar belakang dan arah program. “Program ini bukan sekadar pelatihan. Ini adalah investasi jangka panjang agar desa bisa menjadi produsen data, bukan hanya objek pendataan,” ungkap Tommi. Beliau juga menjelaskan bahwa pembinaan akan dilakukan secara bertahap dengan melibatkan Agen Statistik Desa, yang akan menjadi ujung tombak literasi statistik di tingkat lokal. Dalam sesi diskusi, berbagai pertanyaan mengemuka, salah satunya soal kekhawatiran masyarakat memberikan data pribadi yang jujur. Menanggapi hal ini, tim BPS menjelaskan bahwa pendekatan personal melalui agen statistik dan kepala lingkungan (kepling) menjadi strategi utama untuk membangun kepercayaan. “Transparansi dan pendekatan humanis akan menjadi pondasi agar masyarakat bersedia membuka data mereka dengan jujur dan tanpa rasa takut,” ujar Tommi Livany Siregar.