Ajukan permohononan Informasi Publik, atau keberatan Informasi Publik dengan mengisi E-Form secara online.
AjukanDirilis pada 01 September 2025 • Siaran Pers
Bulukumba, (1/9)- BPS mencatat pada bulan Agustus 2025 terjadi deflasi sebesar 0,03 persen (m-to-m), dimana terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,97 pada Juli 2025 menjadi 107,94 pada Agustus 2025. Kondisi yang sama terjadi pada Agustus 2024, dimana juga terjadi deflasi sebesar 0,03 persen. Secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 2,87 persen, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 2,19 persen. Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah kelompok pengeluaran pendidikan yang mengalami inflasi sebesar 1,35 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,02 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada Agustus 2025 mengalami inflasi sebesar 0,15 persen dan memberikan andil inflasi 0,05 persen. Adapun Kelompok pengeluaran yang menjadi penahan inflasi bulanan terbesar adalah kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya yang mengalami deflasi sebesar 0,76 persen, dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen. Kelompok pakaian dan alas kaki pada Agustus 2025 juga mengalami deflasi sebesar 0,64 persen dan memberikan andil deflasi 0,05 persen. Pada bulan Agustus 2025, dari 11 kelompok pengeluaran, hanya 4 kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi, sedangkan 7 kelompok pengeluaran lainnya mengalami deflasi. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi bulanan pada Agustus 2025 adalah udang basah dan bawang merah dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen. Komoditas beras menjadi komoditas ketiga yang berperan sebagai pendorong inflasi dengan andil sebesar 0,03 persen. Adapun komoditas lainnya yang masuk ke dalam 10 komoditas pendorong inflasi, yaitu akademi/perguruan tinggi, sigaret kretek mesin (SKM), tomat, ikan katamba, daun kelor, pisang, dan ikan cakalang/ikan sisik. Adapun komoditas penahan inflasi bulanan periode Agustus 2025 adalah cabai rawit dengan andil deflasi sebesar 0,08 persen. Diikuti oleh komoditas bahan bakar rumah tangga dan ikan kembung dengan andil deflasi sebesar 0,03 persen. Adapun komoditas lainnya yang masuk ke dalam 10 komoditas penahan inflasi adalah jagung manis, cumi-cumi, daging ayam ras, ikan teri, terong, ikan bandeng, dan bayam. Secara tahunan, inflasi year-on-year (y-o-y) Bulukumba periode Agustus 2025 sebesar 2,87 persen. Inflasi terjadi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sepuluh indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,29 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,37 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,68 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,66 persen; kelompok transportasi sebesar 0,94 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,32 persen; kelompok pendidikan sebesar 2,53 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,76 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,54 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu: kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,05 persen. Komoditas yang dominan pendorong inflasi tahunan pada Agustus 2025 adalah beras dengan andil inflasi sebesar 0,71 persen, diikuti oleh komoditas emas perhiasan dengan andil sebesar 0,62 persen. Adapun komoditas pendorong inflasi tahunan lainnya, yaitu ikan layang/ikan benggol, bawang merah, tomat, ikan cakalang/ikan sisik, sigaret kretek mesin (SKM), minyak goreng, kelapa, dan telur ayam ras. Adapun komoditas penahan inflasi tahunan periode Agustus 2025 adalah cabai rawit dengan andil deflasi sebesar 0,13 persen. Diikuti oleh komoditas asam dengan andil deflasi sebesar 0,10 persen. Adapun komoditas lainnya yang masuk ke dalam 10 komoditas penahan inflasi tahunan adalah kentang, udang basah, bahan bakar rumah tangga, cumi-cumi, daging ayam ras, pisang, jagung manis, dan wafer. Menurut wilayah, dari 8 kabupaten/kota yang melakukan perhitungan inflasi di Provinsi Sulawesi Selatan, tercatat sebanyak 5 wilayah yang mengalami deflasi secara bulanan dan 3 wilayah lainnya mengalami inflasi. Sedangkan secara tahunan, kedelapan wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami inflasi, dimana inflasi tahunan tertinggi terjadi di Kota Pare-Pare sebesar 4,46 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Palopo sebesar 2,75 persen.Narahubung MediaAndy Rezky Pratama SyamBadan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumbaandy.pratama@bps.go.id